Pada
suatu hari Imam Ali ibn Abu Thalib r.a. melewati seorang kafir. Imam
Ali kemudian memanggilnya, lalu menyuruhnya duduk. Beliau lalu berkata
kepadanya, “Kamu tidak percaya akan adanya hari kebangkitan setelah
kematian, kamu juga tidak percaya akan adanya hari perhitungan amal di
akhirat, sedangkan saya mempercayai semua itu. Benar bukan?”
“Ya,” jawab orang itu.
“Jadi salah seorang di antara kita pasti benar dan yang lain salah?” tanya Imam Ali lagi.
“Betul,” jawabnya.
Imam
Ali berkata,”Seandainya yang benar adalah kamu, kemudian kita mati,
tentu kita tidak akan mangalami hari kebangkitan dan perhitungan amal;
ketika itu saya sama sekali tidak merugi, sedangkan kamu tidak
mendapatkan sesuatu apapun. Begitu bukan?”
“Betul,” jawabnya.
“Seandainya
saya yang benar, niscaya saya akan sangat beruntung, sedangkan kamu
akan benar-benar sangat merugi. Ya tidak?” tambah Imam Ali.
“Ya, betul,” jawab si kafir.
Imam
Ali melanjutkan,”Dalam keadaan apapun, saya akan beruntung karena saya
mempercayainya, sedangkan kamu selalu rugi, bahkan tidak punya harapan
untuk beruntung. Betul begitu?”
“Betul,” tandasnya.
“Karena
itu, demi kemaslahatanmu sendiri, tinggalkanlah jalan yang tidak
membawamu kepada keberuntungan, dan pada saat yang sama malah membawamu
kepada kerugian yang sangat besar. Ikutlah bersamaku mempercayai adanya
hari kebangkitan setelah kematian, dan mempercayai adanya hari
perhitungan amal di akhirat,” Imam Ali meyakinkan.
Orang
kafir itu kemudian pergi untuk berpikir. Sejenak kemudian, dia datang
kembali menghadap Imam Ali lalu menyatakan bahwa dirinya masuk Islam.
(Dikutip dari buku Misteri potensi Gaib Manusia karangan Prof. Dr. Ahmad Syauqi Ibrahim)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar